Suplemen herbal adalah pendekatan obat komplemen dan alternatif yang umum dengan peningkatan tren sangat signifikan di dua dekade terakhir pada populasi Amerika Serikat (AS). Pengobatan mandiri dengan suplemen herbal yang dipromosikan sebagai upaya merawat diri, penurunan berat badan, imunitas, dan peningkatan kemampuan memori, serta kesehatan mental dan fisik sangat sering digaungkan. Terdapat mispersepsi bahwa suplemen herbal tidak berbahaya karena dibuat dari bahan alam. Tidak seperti obat konvensional, FDA AS tidak mengatur suplemen herbal untuk kemurnian dan potensi pre-marketnya. Sehingga, ada perhatian yang bertumbuh terhadap resiko kesehatan terhadap bahan berbahaya yang salah dipasarkan, kontaminan, dan interaksi obat-bahan herbal dengan obat lainnya yang juga dikonsumsi. Spektrum efek farmakologis dan toksikologi suplemen herbal termasuk hasil lab yang kacau, reaksi alergi, “genotoksisitas”, “karsinogenisitas”, “teratogenisitas”, kerusakan organ, dan bahkan kematian yang berkontribusi pada kunjungan darurat dan rawat inap yang cukup besar di AS. Penggunaan suplemen herbal harus secara hati-hati diperhatikan pada kelompok berisiko tinggi seperti populasi anak-anak dan lansia, ibu hamil, ibu menyusui, pasien imunokompromais, dan pasien bedah. Efek kesehatan yang merusak dari suplemen herbal sangat jarang dilaporkan karena keterbatasan pengetahuan dokter.
Ulasan komprehensif berbentuk naratif ini bertujuan untuk mengungkap implikasi klinis suplemen herbal untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan dengan merangkum publikasi ilmiah. Di dalamnya juga menjelaskan peran penting dokter untuk mengurangi risiko kesehatan dari suplemen herbal dengan mengajak pasien mengurangi pemakaian tanpa pendekatan yang memojokkan sepihak, menggunakan perangkat skrining HDI, dan melaporkan efek samping ke FDA. Pelatihan khusus untuk dokter, sistem farmakovigilans terstandar, peraturan yang lebih mengikat untuk industri herbal, dan lebih banyak studi adalah kunci untuk membangun keamanan herbal dan efikasinya pada praktik klinis.
Artikel ini telah diterbitkan dalam jurnal Cureus edisi 14 volume 7, ditulis oleh Hassen G, Belete G, Carrera K G, et al. pada 15 Juli 2022.
Leave a Reply