17 Juni 2020, Jenewa – Keputusan terkini pada Konferensi Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (MC12) untuk mendukung pengabaian TRIPS terhadap vaksin COVID-19 telah memberikan pesan yang salah untuk mereka yang melakukan riset dan pengembangan dan inovasi. Hal tersebut secara tidak tepat menilai kekayaan intelektual (KI) sebagai pembatas terhadap respons pandemi dibandingkan sebagai jalan keluar untuk memberikan solusi pelayanan kesehatan, keamanan, dan kecepatan pelayanan kepada pasien.
KI telah mendukung percepatan pengembangan dan peningkatan keamanan dan efektivitas vaksin dalam sejarah, dengan 13,9 miliar vaksin COVID-19 telah diproduksi hingga saat ini. Kerangka KI telah memberikan dasar untuk lebih dari 380 kolaborasi sukarela pada vaksin COVID-19 dalam waktu singkat, 88% di antaranya melibatkan transfer teknologi.
Keputusan terkini telah mengirimkan sinyal bahaya tidak hanya untuk industri farmasi tapi juga seluruh sektor inovatif. Pembongkaran kerangka yang telah digunakan telah membawa solusi untuk menghadapi COVID-19 dan memfasilitasi sejumlah kerjasama yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, lisensi sukarelawan, dan pembagian ilmu yang mengambil dilakukan selama pandemi dapat memberikan efek riak terhadap masa depan.
Thomas Cueni, Direktur Jenderal IPFMA mengatakan, “Pembicaraan terhadap pengabaian kekayaan intelektual telah menjadi tantangan sejak awal, dengan mengabaikan bukti dan fakta. Keputusan tersebut merugikan ilmuwan yang tidak meninggalkan karya yang terlewatkan dan merusak kemitraan manufaktur di seluruh dunia. Satu-satunya faktor yang mempengaruhi kelangkaan vaksin bukan properti intelektual, tapi perdagangan. Hal ini belum sepenuhnya ditangani oleh Organisasi Perdagangan Dunia.”
Artikel asli: https://www.ifpma.org/resource-centre/pharmaceutical-industry-expresses-deep-disappointment-with-decision-on-waiving-intellectual-property-rights-adopted-at-the-world-trade-organization-ministerial-conference
Leave a Reply