Press ESC to close

Melindungi Data Pasien: Keharusan Perusahaan Farmasi

Berdasarkan laporan terkini, perusahaan layanan kesehatan dan life sciences melaporkan angka kejadian tertinggi pelanggaran keamanan siber dibandingkan semua sektor industri lainnya. Pada 2021, sektor farmasi melaporkan besaran kerugian ketiga tertinggi untuk kebocoran data dibandingkan industri lainnya, dengan ranking setelah industri layanan kesehatan dan layanan keuangan.

Selama 12 bulan terakhir, spektrum ancaman digital telah berkembang secara signifikan, dengan COVID-19 sebagai umpan yang umum digunakan untuk menyimpan ransomware pada jaringan dunia maya.

Industri farmasi memiliki informasi sensitif seperti data R&D, paten, dan informasi pasien, yang membuatnya menjadi target utama para hacker. Akses pada pengguna yang tidak sah pada informasi sensitif menjadikan dampak ancaman berupa kehilangan kepercayaan publik, pencurian properti intelektual, dan kehilangan biaya ganti rugi yang signifikan.

Kerugian Kebocoran Data Farmasi

Pelanggaran keamanan siber berdampak kerugian yang besar terhadap perusahaan farmasi. Diperkirakan pada 2020 kerugian yang dicapai dari satu kali serangan berkisar pada $5,06 juta dolar AS, di mana 1,3 kali lipat lebih besar dari rerata global.

Terlepas dari aspek moneter, pelanggaran keamanan siber dapat mengganggu uji klinis yang terbukti lebih mahal. Untuk mencegah hal ini, perusahaan perlu memetakan data apa saja yang disimpan, bagaimana data diproses, dan regulasi apa, jika ada, yang harus dipenuhi ketika menangani data klinis. Setiap platform digital yang diterapkan oleh perusahaan farmasi untuk meningkatkan pengalaman pasien, atau efisiensi operasi bisnis harus diintegrasikan dengan langkah – langkah perlindungan data yang ketat untuk memastikan keamanan informasi kesehatan pribadi.

Melindungi Data Pasien adalah Sebuah Keharusan

Dengan peningkatan digitalisasi yang disebabkan oleh pandemi, terdapat peningkatan pula risiko serangan siber, terutama pada sektor farmasi. Perusahaan – perusahaan farmasi saat ini mencari cara untuk memastikan keamanan data pasien, begitu juga dengan informasi komersial yang berharga seperti paten dan properti intelektual. Memanfaatkan teknologi baru dapat membantu industri farmasi melindungi data pasien dan mengurangi kerentanannya terhadap serangan siber. Kini, bersamaan dengan solusi yang mengenkripsi data sensitif dan memungkinkan deteksi ancaman data sedini mungkin, dapat membangun kepercayaan terhadap publik terhadap penggunaan, pemrosesan, dan penyimpanan informasi kesehatan pribadi mereka.

Apa yang Membuat Farmasi sebagai Target Utama?

Terdapat beberapa alasan mengapa penjahat siber menganggap industri farmasi adalah target yang empuk.

  1. Data pasien dapat dijual secara daring
    Perusahaan farmasi memegang informasi kesehatan dari partisipan uji klinis, termasuk riwayat penyakit, hasil laboratorium, informasi biometrik, dan lainnya. Hal tersebut sangat berharga bagi hacker. Pencurian identitas medis dapat disalahgunakan untuk klaim medis palsu atau cara lainnya untuk mendapatkan pemasukan serta mengakses detail data asuransi.
  2. Terdapat lebih banyak data medis yang tersedia secara digital pada masa sekarang dibanding masa sebelumnya
    Di era digital, terdapat berbagai sumber yang tersedia untuk mengumpulkan informasi kesehatan perorangan. Hal ini termasuk rekam medis elektronik, uji klinis, aplikasi kebugaran, dan perangkat pakai. Meskipun terdapat kekhawatiran terhadap kerahasiaan data, popularitas perangkat pintar dan mudah pakai tetap terus bertumbuh.

Bagaimana Industri Farmasi Dapat Melindungi Data Pasien

Dengan jumlah data yang telah dikumpulkan secara global mencapai triliunan gigabytes dalam 2025, pemerintah menyadari kebutuhan untuk melindungi data pasien, yang termasuk ke dalam Regulasi Perlindungan Data Umum (RPDU).

Beberapa teknologi terkini dapat membantu perusahaan farmasi melindungi data. Blockchain, contohnya, dapat mengatur pengambilan data lebih baik dari uji klinis, data pasien terenkripsi, dan mencegah akses yang tidak terverifikasi kepada informasi yang dapat teridentifikasi.

Penguasa industri farmasi dan institusi akademik telah menguji blockchain untuk mengatur tantangan rantai pasokan dan uji klinis. Blockchain menawarkan keterbukaan dan kemampuan penelusuran informasi. Beberapa industri telah berinisiatif untuk meyakinkan pemangku kebijakan seperti US Food and Drug Administration (FDA) untuk kemungkinan penerapan blockchain pada manajemen uji klinis.

Digitalisasi ilmu kehidupan (life sciences) telah menjadikan industri memiliki lebih banyak data. Walaupun digitalisasi memiliki potensi untuk menggerakkan pertumbuhan berkelanjutan dan menciptakan aliran nilai baru, celah pada protokol keamanan siber dapat memberikan akses yang tidak sah pada penelitian, perusahaan dan data pasien untuk kepentingan komersial. Sebagai tambahan, kurangnya kepatuhan terhadap standar keamanan dan regulasi dapat mengakibatkan pada denda dalam jumlah besar, yang dapat mencapai jutaan dolar. Hingga sekarang, kemajuan telah berlangsung, dengan organisasi – organisasi berinvestasi pada enkripsi dan penerapan sistem pencegahan. Akhirnya, sejumlah solusi digital harus memanfaatkan teknologi mutakhir bersamaan dengan kepatuhan keamanan siber menyeluruh untuk mengarahkan pada pertumbuhan berkelanjutan, tanpa mengorbankan keamanan data pasien.

 

Penerjemah: Alif Indiralarasati (PKMK UGM)

Penulis: Subhro Mallik, SVP and Global Head Life Sciences, Infosys.

Sumber: www.livemint.com

https://www.livemint.com/technology/safeguarding-patient-data-is-crucial-for-pharmaceutical-companies-11646564081964.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *