Industri jamu telah populer karena bertambahnya minat masyarakat terhadap kualitas bahan herbal untuk imunitas tubuh. Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan tidak hanya pasar tapi juga bagaimana bisnis mengatur rantai pasokan dan produksi mereka. COVID-19 dipercaya menjadi ujian bagi sebuah perusahaan atas kemampuannya bertahan dalam tantangan jangka panjang. Ketahanan tersebut merujuk pada kemampuan perusahaan bertahan hingga berumur panjang (corporate longevity). Tarik menarik antara kemakmuran ekonomi, kualitas lingkungan, dan keadilan sosial yang menjamin perusahaan mampu meraup laba dan berkelanjutan merupakan isu penting bagi perusahaan dalam mengembangkan tata kelola. Dari sisi keilmuan, umur panjang adalah masalah yang menarik. Terdapat 2 jenis umur panjang perusahaan: corporate longevity/ CL dan umur panjang perusahaan yang berkelanjutan/ CSL. Masih sedikit studi yang secara khusus membahas aspek internal CSL. Dalam hal ini, terdapat beberapa karakteristik penting yang berperan dalam CSL.
Studi ini ingin menggarisbawahi ketahanan operasional sebagai prediktor krusial dari signifikansi CSL dalam bisnis jamu. Perusahaan yang telah secara konsisten memproduksi dan mendapatkan keutungan dari operasi bisnisnya, sebelum, selama, dan setelah pandemi menghadapi tantangan ketahanan atau longevity. Untuk mencapai CSL, perusahaan harus mengetahui seberapa besar perannya untuk menentukan posisi perusahaan di berbagai aspek. Studi inti berkontribusi dalam menguak dimensi dan indikasi operasional ketahanan untuk menentukan CSL dan relevansinya terhadap industri jamu.
Studi ini disusun oleh Irawan, et al pada 2022 dan dipublikasikan dalam jurnal Sustainability edisi 14 volume 6431.
Leave a Reply