Forum Nasional 1 (virtual) Kemandirian dan Ketahanan Industri Alat Kesehatan

             

Forum Nasional 1 (virtual)

Kemandirian dan Ketahanan Industri Alat Kesehatan

Diselenggarakan oleh:

Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan

Bersama dengan

Technopark-technopark perguruan tinggi  |  ASPAKI  |  GAKESLAB

Senin, Selasa dan Rabu | 30 Agustus – 1 September 2021

Latar Belakang

Tahun ini genap 5 tahun Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, yang ditanda tangani oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 8 Juni 2016. Di dalam Instruksi Presiden tersebut diberikan instruksi kepada 12 Kementerian dan Lembaga untuk mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk mendukung percepatan  pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

Refleksi atas 5 tahun usia Instruksi Presiden No 6 Tahun 2016, khususnya pada Industri Alat Kesehatan, meninggalkan beberapa “Pekerjaan Rumah” yang memerlukan upaya upaya percepatan khusus dan bersifat luar biasa.  Saat ini, mengingat kondisi Pandemi Global yang sudah berusia lebih dari 1 tahun perlu ada  upaya – upaya percepatan khusus dan bersifat luar biasa. Hal ini dibutuhkan untuk  menumbuhkan ekosistem Industri Alat Kesehatan yang kondusif. Diharapkan pula  mereduksi kendala teknis dan non teknis yang berpotensi merintangi upaya membangun Daya Tahan Kemandirian Alat Kesehatan Nasional yang Unggul. Beberapa hal yang segera perlu dituntaskan antara lain sebagai berikut :

Regulasi TKDN dan e-pocurement:

  • Kemenperin belum menetapkan cara penghitungan TKDN dengan jelas. Belum terjadi sertifikasi TKDN alat kesehatan secara baik untuk keperluan e-procurement.
  • Pemerintah pusat, Pemerintah daerah, RS, dan pelayanan Kesehatan belum menggunakan nilai TKDN dalam procurement, masih menggunakan predikat izin edar AKD dan AKL
  • Masih ada kesulitan dalam kebijakan penayangan e-catalog oleh LKKP untuk meningkatkan produk dalam negeri. Pasal di Perpres tentang TKDN dalam penyediaan barang dan jasa belum dipergunakan.
  • Belum padunya harmonisasi antar Kementerian dan Lembaga atas Proses Registrasi Ijin Edar (AKD dan AKL), Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan Proses Tayang E Procurement .

Insentif Industri

  • Ada tantangan meningkatkan Insentif Industri sebagaimana tertuang dalan Inpres No 6 Tahun 2016, dimana salah satunya melalui insentif di sektor hulu atas Peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di Industri Alat Kesehatan. Diperlukan perumusan Pola Perhitungan TKDN yang dapat diterima oleh seluruh Pemangku Kepentingan di Industri Alat Kesehatan, dimana hal ini memerlukan Upaya yang bersifat khusus dan luar biasa. Hal ini penting mengingat keragaman (Heterogenitas) portofolio produk Alat Kesehatan lebih tinggi dibandingkan portofolio produk Industri Farmasi.
  • Perlunya insentif di sektor hilir Industri Alat Kesehatan yang merupakan katalisator utama yang bersifat khusus dan luar biasa. Skema insentif hilir selain harus memberikan manfaat langsung kepada Industri Manufaktur dan Distribusi Alat Kesehatan Nasional. Manfaat langsung tersebut juga harus dapat dirasakan oleh Satuan Kerja yang menggunakan Alat Kesehatan dengan standarisasi TKDN yang ditetapkan bersama secara progresif.

Masalah Bahan Baku Alkes

  • Klasifikasi Bahan Baku Alkes belum dilakukan. Saat ini terdapat lebih dari 10 Bahan Baku Alat Kesehatan.
  • Koordinasi dan Sinergi di Industri hulu, terutama terkait Rantai Pasok Bahan Baku Alat Kesehatan perlu ditingkatkan. Diperlukan Inventarisasi atas Potensi Ketersediaan Bahan Baku produk Lokal sebagai subtitusi atas Produk Bahan Baku Alat Kesehatan yang masih Impor. Diperlukan pula koordinasi lintas Kementerian dan Lembaga untuk menyusun Klasifikasi Bahan Baku Alat Kesehatan Nasional.

Data Industri:

  • Belum adanya data nasional kemampuan dan kapasitas industri alkes yang sudah ada saat ini yang mencakup spesifikasi, kualitas, dan kapasitas
  • Adanya kebutuihan menyusun Big Data ekosistem Industri Alat Kesehatan yang holistik serta mudah diakses. Big Data ini meliputi Daftar Regulasi terkini, Rantai Pasok Ketersediaan Bahan baku Alat kesehatan, Portofolio Kapasitas dan Kapabilitas Industri Manufaktur dan Distribusi Alat Kesehatan Nasional, hasil Penelitian Perintis yang diklasifikasi berdasarkan Readiness Level, Ketentuan Skema Insentif yang tersedia bagi Industri Alat Kesehatan, serta Kebutuhan Alat Kesehatan Nasional terutama yang dibiayai oleh APBN dan APBD.

Di samping berbagai hal di atas, tatakelola uji pre dan post market alat kedokteran dan bahan habis pakai belum ditata secara baik. Uji berbagai alat berada di Ditjen Farmalkes dengan berbagai nilai positif dan negatifnya. Dengan adanya pengembangan berbagai peralatan baru, system saat ini dirasakan perlu perbaikan.

Berbagai factor tersebut mengakibatkan tingkat penggunaan bahan-bahan dalam negeri untuk industri alat kesehatan masih rendah.  Dengan demikian kemandirian alat kesehatan yang sangat dibutuhkan untuk ketahanan dalam menghadapi masa sulit seperti pandemik Covid19 masih belum kuat. Pengalaman di masa pandemi ini menunjukkan bahwa ketahanan alat kesehatan, termasuk bahan bakunya menjadi hal yang harus dimiliki oleh Indonesia.

Oleh karena itu, diperlukan suatu pengembangan sistematis untuk mendapatkan berbagai masukan dalam usaha mendorong kebijakan kemandirian industri alat kesehatan.  Dalam kebijakan tersebut perlu dilakukan pemetaan kesiapan inovasi Alat Kesehatan sebelum action plan. Dalam rentang waktu yang terbatas, sebaiknya ada kesesuaian antara TRL (Technology Readiness Level), IRL (Innovation Readiness Level) dan MRL (Manufacturing Readiness Level)-nya. Harapannya dengan peta yang jelas, maka fasilitasi dan insentif yang mungkin digulirkan bisa mengakselerasi produksi, adopsi, dan difusinya. Dalam hal ini perlu dicermati Metode Pengembangan untuk meningkatkan Kemandirian Alat Kesehatan Nasional telah ditetapkan melalui 3 (tiga) metode pengembangan,  yaitu :

  1. Penelitian Perintis
  2. Reversed Engineering (Amati, Tiru, Modifikasi)
  3. Kemitraan dengan membangun Joint Venture (JV).

Mengapa memerlukan Forum Nasional?

Dalam upaya mengembangkan kemandirian serta meningkatkan Sinergitas antara Pemangku Kepentingan Industri Alat Kesehatan Nasional untuk menyelesaikan berbagai hal diatas secara bersama dibutuhkan wadah yang yang melibatkan para stakeholder alat kesehatan di Indonesia. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk Forum Nasional  untuk membahas Strategi dan Solusi agar terjadi Ekosistem Alat Kesehatan Nasional yang Unggul.  Diharapkan lebih lanjut akan meningkatkan Daya Tahan Kemandirian Alat Kesehatan Nasional di tengah Pandemi Global saat ini, serta dapat segera menuntaskan penugasan yang tertuang di Instruksi Presiden No.6 tahun 2016.

Tujuan

Tujuan Forum

  1. Mendorong kemandirian alat kesehatan dengan indikator TKDN yang efektif.
  2. Membahas strategi untuk percepatan penyerapan produk alkes dalam negeri, berdasarkan data nasional kemampuan dan kapasitas industri alkes yang sudah ada saat ini: spesifikasi, kualitas, dan kapasitas
  3. Membahas isu-isu kebijakan strategis dan kemajuan dalam kebijakan kemandirian alat kesehatan, di masa pandemik Covid19 dan pasca pandemik.
  4. Memantau pengembangan kemandirian produk-produk alkes secara sistematis dengan mempertimbangkan Readiness Level.
  5. Memberikan masukkan untuk Penyusunan Rumusan Strategi dan Solusi agar Ekosistem Alat Kesehatan Nasional yang Unggul dapat semakin meningkatkan Daya Tahan Kemandirian Alat Kesehatan Nasional di tengah Pandemi Global saat ini,
  6. Memberikan masukkan terhadap upaya inventarisasi atas segala Potensi dan Kendala pada setiap tahapan dari Hulu hingga Hilir di Industri Alat Kesehatan Nasional.
Peserta

Peserta:

  • Pimpinan Kementerian-kementerian terkait
  • Pengembang alat kesehatan
  • Pengelola Technoparks perguruan tinggi
  • Pelaku Industri yang tergabung di berbagai asosiasi (Gakeslab dan ASPAKI).
  • IDI, Asosiasi RS dan fasilitas kesehatan primer
  • Pengamat
  • Pengelola Academic Health System,
  • Direksi Rumah sakit BUMN, Swasta dan pemerintah, temrausk RS Pedidikan
  • IDI, PERSI
Agenda

Waktu: 30 Agustus – 1 September 2021
Tempat: HybridVirtual/Daring & Fisik/Luring
Diselenggarakan bersamaan dengan:

  • Pameran Virtual Produk-produk Alat Kesehatan Dalam Negeri
  • Business Matching Virtual
Hari 1: Senin, 30 Agustus 2021

Video Hari 1 

Pembukaan  09.00 – 09.35 WIB

  • Pembukaan: Dirjen Farmalkes Kemenkes RI.
  • Pengantar kegiatan oleh Staf Khusus Menteri Kesehatan dalam Resiliensi Industri Obat dan Alat Kesehatan. Situasi Kebijakan TKDN alat kesehatan.
    Materi

09.35 – 10.00: Keynote Speech

  • Keynote Speech oleh Menteri Kesehatan RI
  • Keynote Speech oleh MenKo Maritim dan Investasi

Report Sesi Pembukaan & Keynote Speech >>

 

Sesi 1: 10.10 – 12.15 WIB

Kebijakan-kebijakan untuk mendorong kemandirian dan ketahanan alat kesehatan

Pengantar:

Dalam mata rantai industry alat kesehatan, sebuah produk harus sampai ke pengguna dengan baik. Pengguna alkes di Indonesia, termasuk para dokter,  terbiasa untuk menggunakan  alat kesehatan luar negeri.  Kemampuan alat kesehatan produksi dalam negeri untuk  menembus pasar di Indonesia tidak mudah sehingga diperlukan kebijakan yang mendorong, termasuk

penyerapan produk alat kesehatan dalam negeri untuk keperluan pemerintah. Kebijakan ini dituangkan dalam bentuk penggunaaan TKDN untuk pembelian alat kesehatan oleh pemerintah.  Namun kebijakan ini tidak mula dilakukan karena menyangkut berbagai hal yang penting yaitu spesifikasi, dan mutu alat kesehatan serta kapasitas industri alat kesehatan dalam negeri.

Tujuan:

  1. Membahas kebijakan berbagai Kementerian untuk menggunakan produk dalam negeri;
  2. Membahas pengembangan kriteria TKDN untuk alat kesehatan.

Host: Kementerian Kesehatan

 Format Acara:  Diskusi panel.

Diharapkan setiap panelis memberikan materinya dalam waktu 7-8 menit dan dilanjutkan dengan diskusi.

Moderator: Ir. Sodikin Sadek, M.Kes

TOPIK NARASUMBER MATERI
Strategi penyerapan produk alat kesehatan dalam negeri, berdasarkan data nasional kemampuan dan kapasitas industri alat kesehatan yang sudah ada saat ini: spesifikasi, kualitas, dan kapasitas Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Download
Langkah – langkah untuk mendukung penyerapan produk alat kesehatan dalam negeri. Deputi Bidang Monitoring, Evaluasi, dan Pengembangan Sistem Informasi, LKPP Download
TKDN untuk alat kesehatan. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian Download
Kebijakan investasi untuk industri alkes. Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Download
Kebijakan insentif pajak dan fiskal untuk industri dalam pengembangan alat kesehatan dalam negeri Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Download
Dukungan Kementerian Dalam Negeri pada penggunaan alat kesehatan dalam negeri oleh Pemerintah Daerah Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri Download
Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri Download

Reportase Sesi 1

 

Sesi 2: 13.15 – 14.45 WIB

Riset dan penemuan-penemuan Alkes

Pengantar

Sesi ini akan menghantarkan peserta forum nasional untuk berdialog secara konstruktif dan menjawab pertanyaan tentang bagaimana perguruan tinggi serta lembaga riset nasional mengatasi problema ‘mismatch’ antara riset inovatif dan orientasi luaran (output) serta hasil akhir (outcome) yang diharapkan oleh masyarakat dan/atau industri.  Harapan masyarakat Indonesia begitu tinggi terhadap kehadiran inovasi farmalkes yang andal (reliable) dan terjangkau oleh daya beli serta akses untuk mendapatkannya. Keberadaan Science Technopark sebagai lembaga intermediasi yang juga berperan sebagai technology transfer office diharapkan bisa membantu mengakselerasi proses penghiliran inovasi.  Spirit inovasi yang lebih terbuka (open innovation) sudah saatnya digulirkan kembali untuk mengurangi silo-silo dan ego sektoral serta primordialisme insitusi sehingga terwujud kerjasama kelembagaan yang sifatnya simbiosis mutualisma dalam industri farmalkes di Indonesia.  Dukungan kerjasama kelembagaan diharapkan bisa memperkuat kepercayaan diri terhadap kemampuan inovasi produk dan keberpihakan terhadap pemandirian industri farmalkes di dalam negeri.

Tujuan:

  • Menegaskan kembali agenda implementasi inovasi farmalkes dalam Prioritas Riset Nasional
  • Membuka ruang kolaborasi dan sinergi antar lembaga pengelola inovasi untuk mengakselerasi inovasi farmalkes di dalam negeri.
  • Merumuskan skema percepatan jumlah inovasi unggulan untuk menyokong pemandirian industri farmalkes di Indonesia.

Host: Technoparks

Format Acara:

Untuk menghasilkan luaran yang diharapkan, maka penyelenggaraan session ini dilakukan dengan format diskusi panel yang terarah dengan narasumber dari pemerintah yang membawahi riset dan inovasi, perwakilan institusi yang membawahi Science Technopark dan Technology Transfer Office , industri bidang farmasi dan alat kesehatan.  Moderator sedapat mungkin mengarahkan alur diskusi walau sebenarnya masih memberi ruang kebebasan bagi panelis untuk menyampaikan gagasan konstruktifnya dalam waktu singkat.  Kejelian moderator mengarahkan alur diskusi panel yang mengarah pada konvergensi simpulan dan implikasi kebijakan akan menentukan kualitas luaran diskusi panel ini.

Moderator: Dr. Hargo Utomo, M.B.A.

TOPIK NARASUMBER MATERI
Riset-riset unggulan untuk mendorong kemandirian alat kesehatan. Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional  
Hilirisasi riset alat kesehatan dalam negeri. Deputi Penguatan Inovasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional Download
Penghilirisasian inovasi perguruan tinggi. Direktur Kelembagaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi  Download
Peran Technopark perguruan tinggi dalam pengembangan alat kesehatan serta perlunya Asosiasi Technology Transfer and Licensing Office dalam pengembangan alat kesehatan Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Universitas Gadjah Mada  Download
Direktur Indonesian Medical Education and Research Institute – IMERI, Universitas Indonesia  

Reportase Sesi 2

 

Sesi 3: 14.45 – 15.45 WIB

Refleksi 5 Tahun Inpres No 6 Tahun 2016 di tengah Pandemi Global dan Strategi Peningkatan Kemandirian Alat Kesehatan Nasional

Pengantar:

  • Refleksi 5 Tahun Inpres No 6 Tahun 2016 serta Pemetaan Ulang terkait adanya Pandemi Global atas Rencana aksi (RENAKSI) sebagaimana yang tertuang dalam Permenkes No 17 tahun 2017.
  • Menyusun Metode Pengembangan Penelitian Perintis Alat Kesehatan melalui Pola Standarisasi Penelitian, dengan menyusun “Learning Curve”, untuk mencapai kesesuaian Readiness Level pada setiap Tahapan.
  • Mengembangkan Peta Sinergi Rantai Pasok (Supply Chain) menuju percepatan Subtitusi Impor Alat Kesehatan Nasional melalui Metode Pengembangan Amati, Tiru, Modifikasi (Reverse Engineering).
  • Melakukan Akselerasi Kemandirian Alat Kesehatan Nasional melalui Metode Kemitraan (Joint Venture) dengan proses Transfer Knowledge bersama Mitra Asing.
  • Membangun BIG DATA dalam Ekosistem Alat Kesehatan Nasional
  • Membangun ekosistem dan upaya simultan dengan semua stakeholder di dalam supply chain yang menghasilkan multiplier effect ekonomi – langsung maupun tidak langsung

Tujuan:

  1. Mendorong Peningkatan Kemandirian Alat Kesehatan Nasional yang diakselerasi Pandemi Global.
  2. Membangun Ekosistem Industri Alat Kesehatan Nasional yang unggul melalui pemanfaatan BIG DATA Alat Kesehatan Nasional.
  3. Pembahasan 3 Metode Pengembangan Alat Kesehatan Nasional sebagaimana tercantum dalam Permenkes No 17 Tahun 2017.

Host: GAKESLAB

Format Acara:

Presentasi – materi pengantar / visual

Moderator: Mario Apriliansyah, S.T, M.T

TOPIK NARASUMBER MATERI
Peran Pemerintah dalam Penerapan Inpres Nomor 6 Tahun 2016 di Tengah Pandemi Global dan Strategi Peningkatan Kemandirian Alat Kesehatan Nasional Staf Khusus Menteri Kesehatan dalam Resiliensi Industri Obat dan Alat Kesehatan Download
Peran Asosiasi dalam Penerapan Inpres Nomor 6 Tahun 2016 di Tengah Pandemi Global dan Strategi Peningkatan Kemandirian Alat Kesehatan Nasional Ketua Gakeslab Download

Sore     : Melihat-lihat Pameran Virtual

 

Reportase Hari 1 – Sesi 3

Hari 2 : Selasa, 31 Agustus 2021

Live Video Hari ke-2

Sesi 1: 08.30 – 09.45 WIB

Landasan Strategi Kemandirian Alat Kesehatan Berdasarkan Penggolongan Bahan Baku, Proses Produksi, dan Hal-Hal yang Terkait

Pengantar:

Bahan baku alat kesehatan sangat bervariasi. Tercatat ada sekitar 11 Bahan Baku Alkes dan Habis Pakai (BBA) yang berbeda-beda mulai dari kapas, metal, sampai ke reagensia. Pengalaman dalam masa Pandemik ini menunjukkan bahwa manajemen bahan baku alkes, termasuk bahan habis pakai sangat penting. Kasus kelangkaan APD, sampai oksigen  di masa Pandemik menunjukkan bahwa kebijakan dan manajemen Bahan Baku perlu dikembangkan.  Dalam masa pandemic ini diperlukan analisis dan pembelajaran mengenai kebutuhan dan ketersediaan Bahan Baku Alat Kesehatan.

Tujuan:

  1. Membahas kebutuhan Bahan Baku Alat Kesehatan dalam masa pandemik Covid19.
  2. Memahami ketersediaan bahan baku untuk alat kesehatan dalam konteks industri.

Host: Kementerian Kesehatan

Format Acara: Diskusi panel.

Diharapkan setiap panelis memberikan materinya dalam waktu 7-8 menit dan dilanjutkan dengan diskusi.

Moderator: Nurhidayat, S.Si., Apt
Narasumber:

Topik Narasumber
Kondisi terkini Kebutuhan Bahan Baku Alat Kesehatan Dalam Negeri Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT

Download

Ketersediaan dan penyediaan bahan baku untuk alat kesehatan di dalam negeri Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Kementerian Perindustrian

Download

Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian, Kementerian Perindustrian

Download

Historis Pengembangan Nilai Threshold (%) TKDN Sektoral – Berdasarkan Pengalaman Industri Lain Kepala  Bagian Operasi Divisi Bisnis Infrastruktur PT. Surveyor Indonesia

Download

Reportase Sesi 1

 

Sesi 2: 10.00 – 12.00 WIB

Penyerapan dan Penggunaan Alat Kesehatan Dalam Negeri Sebagai Landasan untuk Mencapai Kemandirian dan Ketahanan Alkes Nasional

Pengantar

Pasar alkes Indonesia diprediksi tumbuh pesat seiring dengan semakin luasnya cakupan JKN. Ditambah dengan pandemi Covid-19, kebutuhan alat kesehatan meningkat secara signifikan.

Namun demikian, data penyerapan alat kesehatan lokal ternyata masih rendah. Data belanja e-katalog selama tahun 2019-2020 menunjukan bahwa produk alat kesehatan DN (Dalam Negeri) hanya mencakup 12%-14% dari total belanja. Sebagian besar nilai belanja adalah untuk alat kesehatan Luar Negeri (LN). Rendahnya penggunaan alkes dalam negeri, tingkat impor 90%, dan permasalahan industri lainnya menyebabkan pertumbuhan industri alat kesehatan DN ini menjadi lamban. Padahal potensi pasar domestik Indonesia sangat besar sehingga diperlukan berbagai upaya untuk menciptakan kemandirian dan ketahanan alkes dalam negeri.

 

Untuk itu dalam sesi ini akan dibahas kondisi industri alat kesehatan saat ini, tingkat dan potensi penggunaan alat kesehatan DN di Indonesia, serta evaluasi permasalahannya sehingga dapat memberikan masukan serta rekomendasi yang mendukung arah kebijakan peningkatan industri alat kesehatan dalam negeri.  Dengan sistem kesehatan nasional yang mandiri dan berdaya saing, industri alat kesehatan DN akan semakin berkembang dan menjadi tuan di negeri sendiri.

Tujuan:

  1. Penyerapan Alat Kesehatan Dalam Negeri yang sudah memenuhi standar keamanan, kualitas, dan kemanfaatan
  2. Mendorong pengembangan berkelanjutan Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri melalui Inovasi, Reversed Engineering, Transfer Technology
  3. Memastikan kebijakan dan metode implementasi yang tepat untuk penyerapan Alat Kesehatan Dalam Negeri

 

Host: ASPAKI dan GAKESLAB

Format Acara: Talkshow

Moderator: Dr. Cristina Sandjaja M.Kes MM dan Dipl. Ing. Ardia Karnugroho, S.T.

Narasumber:

Topik Narasumber  Materi
Strategi implementasi dan pengawasan (reward dan hotline) untuk penyerapan produk Alkes Dalam Negeri dalam menunjang Kemandirian dan Ketahanan Sistem Kesehatan Nasional Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Download
Sharing Pengalaman Penggunaan Alat Kesehatan Dalam Negeri Ketua PERSI Download
Kemampuan produksi industri alat kesehatan dalam negeri Sekretaris Jenderal ASPAKI Download
Substitusi impor alat kesehatan Ketua ASPAKI Download
Ketua Gakeslab Download
Strategi Penyerapan dengan Memperkuat Mata Rantai Supply Chain Alat Kesehatan Ketua Badan Kemitraan Ketahanan Alat Kesehatan Nasional (BKKAN), Gakeslab Indonesia  

Reportase Sesi 2

 

 

Sesi 3: 13.00 – 14.45 WIB

Penguatan kelompok-kelompok peneliti dan perekayasa berbasis Bahan Baku Alkes, termasuk Technoparks di universitas untuk mempercepat kemandirian. 

Pengantar

Persaingan industri farmalkes yang sangat tajam menempatkan faktor kecepatan sebagai kunci untuk merespon urgensi kebutuhan masyarakat.  Pada saat yang sama, peneliti farmalkes didorong bisa menyampaikan hasil inovasinya memiliki tingkat sensitivitas dan keakurasian yang superior.  Situasi dilematis yang acapkali membutuhkan wisdom dan judgement tersendiri dalam pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian.  .  Sementara itu, tantangan besar yang dihadapi oleh peneliti perguruan tinggi dalam proses penghiliran inovasi farmalkes adalah mengkompromi antara pemenuhan inovasi pada saat dibutuhkan (“time-to-market”) dan prinsip kehati-hatian (“prudent”) untuk pemenuhan kaidah keamanan, keselamatan, dan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat yang berkelanjutan.

Tujuan:

  • Mengkritisi konsep hilirasi saat ini dan membahas konsep hulunisasi pelaku industri ke riset;
  • Mengeksplorasi potensi kolaborasi kelembagaan akademia dan industri untuk mengakselerasi inovasi farmalkes di dalam negeri
  • Mengeksplorasi ragam skema pendanaan kreatif yang melibatkan pelaku industri dalam riset dan inovasi unggulan yang berpotensi menghasilkan produk farmalkes substitusi impor.

Host: Technoparks

Format Acara:

Untuk menghasilkan luaran yang diharapkan, maka penyelenggaraan sesi ini dilakukan dengan format diskusi panel yang terarah dengan narasumber dari perwakilan institusi perguruan tinggi, industri bidang farmasi dan alat kesehatan, dan industri keuangan.  Moderator sedapat mungkin mengarahkan alur diskusi walau sebenarnya masih memberi ruang kebebasan bagi panelis untuk menyampaikan gagasan konstruktifnya dalam waktu singkat.  Kejelian moderator mengarahkan alur diskusi panel yang mengarah pada konvergensi simpulan dan implikasi kebijakan akan menentukan kualitas luaran diskusi panel ini.

Moderator: Dr. Sang Kompiang Wirawan

Topik Narasumber Materi
Hilirisasi dan Hulunisasi Riset, Peran Akademisi dalam Penerapan Inpres Nomor 6 Tahun 2016 di Tengah Pandemi Global dan Strategi Peningkatan Kemandirian Alat Kesehatan Nasional Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D., Dekan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada  Download
Peran BUMN dalam Pengembangan Alat Kesehatan melalui PMN Ir. Arief Pramuhanto, MBA, Direktur Utama  PT. Indofarma, Tbk

 

 
Pendanaan Riset dan Inovasi Alat Kesehatan Sekretaris Utama, Badan Riset dan Inovasi Nasional  
Sumber dana Swasta untuk Riset Alat Kesehatan Direktur PT. ALAMI Fintek Sharia Download
Proses Reversed Engineering sebagai salah satu strategi percepatan produksi alat kesehatan dalam negeri Ketua Persatuan Insinyur Indonesia  

Reportase Sesi 3

Hari 3 : Rabu, 1 September 2021

Video Hari 3

Sesi 1 : Pukul 09.00 – 10.00 WIB

Pengembangan sistem informasi industri alat kesehatan yang mencakup lintas kementerian.

Pengantar:

Untuk merencanakan, memonitor dan mengevaluasi tingkat kemandirian alat kesehatan dibutuhkan sistem informasi industri alat kesehatan. Situasi saat ini menunjukkan  data yang masih belum terkoordinasi baik di berbagai Kementerian. Disamping itu sistem tata kelola uji alat  oleh pemerintah masih mencari bentuk. Bagaimana peran pemerintah, laboratorium uji universitas dan swasta, perlu dipetakan dan ditata sesuai dengan perkembangan jumlah dan jenis alat kesehatan.

Tujuan:

  1. Membahas mengenai strategi pengembangan sistem informasi alat kesehatan yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga;
  2. Membahas tata kelola sistem uji alat kesehatan mulai dari pre-market sampai pasca market.

 

Host: Kementerian Kesehatan
Format Acara: Diskusi panel
Moderator: Dra. Magda Mina Putri, Apt. MKM. 

Topik Narasumber Materi
Situasi dan Strategi pengembangan sistem informasi industri alat kesehatan Kepala Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan Download
Pengembangan jejaring laboratorium uji alat kesehatan di Indonesia Direktur Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Download
Informasi terkait ekspor dan impor alat kesehatan Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Kementerian Perdagangan Download
Dukungan Kementerian Kesehatan dalam Pengujian Alat Kesehatan Kepala BPFK Jakarta Download
Kepala Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Download

Reportase Sesi 1

Sesi 2: 10.45 -11.45 WIB

Pengembangan sectoral procurement dengan market-place teregulasi.

Pengantar:

Tantangan produser adalah melakukan penjualan alat kesehatan ke para pengguna. Para pengguna dapat dibagi dalam: (1) masyarakat langsung; (2) lembaga pelayanan kesehatan pemerintah; dan (3 ) lembaga pelayanan kesehatan swasta. Untuk menjamin peningkatan pembelian alkes oleh lembaga pemerintah, dikembangkan e-catalog yang saat ini bukan merupakan katalog sektor kesehatan. Pertanyaan untuk masa mendatang adalah apakah diperlukan katalog sektoral yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan. Hal ini menjadi penting untuk mempercepat proses, namun membutuhkan kehatian-hatian dalam konteks kesiapan Kementerian Kesehatan.

Tujuan:

  1. Membahas kemungkinan adanya e-catalog sektoral.
  2. Membahas kesiapan Kemenkes dalam melakukan e-catalog sektoral.
  3. Membahas opsi pengembangan e–catalog dengan prinsip sistem market-place.

 

Host: Kementerian Kesehatan
Format Acara: Diskusi Panel
Moderator: drg. R. Edi Setiawan, MKM

 

Topik Narasumber Materi
Strategi pemanfaatan dan pemasaran alat kesehatan dalam negeri Ketua ASPAKI Download
Situasi e-procurement saat ini dan kebijakan sectoral procurement    
Pembahasan sistem market-place saat ini: Presentasi Alkes Pintar Ketua Gakeslab  Download

Reportase Sesi 2

 

Sesi 3: 12.45– 12.45 WIB

Bagaimana kebijakan procurement yang tepat di masa depan.

Pengantar:

Dalam e-catalog alat kesehatan, indikator TKDN belum merupakan hal penting dalam pembelian. Saat ini masih menggunakan kriteria AKD dan AKL. Oleh karena itu menjadi hal penting adalah bagaimana kebijakan procurement di masa mendatang: Apakah akan menggunakan TKDN atau sistem lainnya. Pengembangan TKDN di alat kesehatan menjadi rumit karena ada lebih dari 10 Bahan Baku Alat Kesehatan yang harus diperhatikan, mulai dari kapas, metal, elektronik sampai ke isotope nuklir.

Tujuan:

  1. Membahas pengembangan nilai treshold batas TKDN untuk produk alkes dalam negeri, berdasarkan Bahan Baku Alat Kesehatan.
  2. Pengembangan TKDN dan e-catalog di Alkes yang menunjukkan tingkat kemandirian.

Host: Kementerian Kesehatan

Format Acara: Diskusi Panel.

Moderator: Hasnil Randa Sari, S.Si, MKM., Apt.

 

Topik Narasumber Materi
Implementasi peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) untuk alat kesehatan Kepala Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, Kementerian Perindustrian Download
Penerapan TKDN dalam e-catalog alkes dalam negeri serta informasi pricing Direktur Pengembangan Sistem Katalog LKPP  

Reportase Sesi 3

 

Business Matching diselenggarakan secara paralel selama 3 hari

GAKESLAB menyelenggarakan event Business Matching dengan tujuan mempertemukan Peneliti + Produsen + Produsen Komponen + Pemilik AKD/AKL + Distributor + Sub-Distributor + Pengguna untuk membangun Ekosistem industri Alat Kesehatan menuju kemandirian dan ketahanan alat kesehatan di Indonesia.

 

Penutup

Steering Committee KOMPILASI Sesi Penutup Fornas Alkes 2021 Download Materi

Reportase Sesi  Penutup

 

 

Saran dan tambahan masukan silahkan dapat dikirim ke email: asisten.skm@gmail.com

COMMENTS